Rabu, 25 November 2015

Halo. 
Selamat sore.
Setelah sekian lama aku tidak membuka akun blog-ku, akhirnya sekarang aku berniat untuk memposting sesuatu.

Hari ini tanggal 3 maret tepat ketika aku sedang duduk menulis di blog kesayanganku ini ditemani musik kesukaanku dan secangkir teh yang melengkapi soreku,  lagi-lagi aku bercerita tentang dia. Entah kapan akan ku posting cerita ini, namun ku ketik saja-lah. 

Laki-laki dengan senyuman bodoh yang berhasil menarik seluruh perhatianku selama 4 tahun belakangan ini. Entah dia terlalu pintar dalam mengambil hati, atau aku yang terlalu bodoh dalam urusan cinta, yang jelas, aku mencintainya, sangat. Dan ini sangat menyiksa. Tentu saja ini sangat menyiksa karena pada kenyataanya perasaanku terlalu besar sehingga menyiksanya. Aku ingin dia tau bahwa aku wanita yang sangat bodoh sudah membuang-buang waktunya selama 4 tahun hanya untuk berharap dia juga memiliki perasaan yang sama padaku. Singkatnya, aku jatuh cinta dalam diam.
Aku masih belum tidur meskipun tubuhku lelah. Dan, aku masih di depan laptopku, mendengarkan suara jam dinding yang makin lama membuat kamarku makin sunyi. Hidupku semakin sunyi, apalagi semenjak kamu pergi. Sebenarnya kamu tidak pergi, tetapi kamu akan pergi. Ya, aku tau pasti, saat itu akan datang. 

Aku egois karena aku tidak ingin kamu pergi, dan kamu sangat egois dengan berkata suatu saat kamu bakal pergi. Kita berdua pasangan yang sama sama egois.

Mungkin, kamu tidak akan membaca tulisan ini, tapi Vanny-mu akan selalu menulis tentangmu, meskipun aku pun tahu-- kamu tidak akan pernah tahu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa tersiksanya hari-hariku tanpa mengetahui kabar darimu nanti. Kamu tidak akan mengerti betapa dadaku sesak setiap memikirkanmu. Kamu tidak akan pernah menyadari betapa rindu di dadaku layaknya kelinci nakal yang memaksa keluar kandang meskipun tahu bahwa dunia luar sungguhlah tidak aman untuk sang kelinci, meskipun aku tahu duniamu bukanlah dunia yang aman untukku.

Kamu tidak akan pernah tau. Tentu saja. Kamu tidak perasa.

Entahlah, mungkin memang kamu diciptakan untuk tetap tinggal, meskipun sebenarnya kebersamaan aku dan kamu tak lagi ada. Salahkan aku jika ini berlebihan, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertarik padamu. Pertama kali melihat mu, melihat polah tingkahmu, mendengar suaramu, melirik senyummu, dan membaca semua chat kita-- sungguh aku tak bisa menahan diri untuk tidak mencintaimu. Meskipun aku tahu mencintaimu adalah awal tragedi buatku, karena aku pasti harus cemburu pada siapapun yang di dekatmu, aku harus makan hati karena chat-ku tidak dibalas berkali-kali, dan aku harus berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankanmu. Ya, perjuanganku untuk mencintaimu memang sangat berat, bahkan aku sudah kehilanganmu bahkan perhatianmu saja teralihkan oleh perempuan lain. Aku tidak menyalahkanmu, tentu saja. Aku yang salah. Dalam hubungan ini aku yang harusnya mengalah. Aku selalu menuntut hal-hal yang membuat kamu melakukan segalanya untukku. Katakanlah aku jahat, karena aku memang jahat, aku menginginkanmu, semua yang ada pada dirimu.

Tulisan ini sungguh sangat tidak penting, hanya berisi tangis seorang gadis diawal umur 20an yang meminta kepastian. Lalu, apa artinya chat kita hingga larut malam yang bisa membuatku tertawa tak henti itu? Lalu, apa maksudnya kata-kata lembutmu yang bisa menyihirku dalam asa semua? Lalu, apa tujuan dari semua ketika aku mulai jatuh cinta lalu kau pergi seenaknya nanti? Nah, jika kamu membaca ini, tentu kamu akan balik bertanya, "Memangnya kamu siapa?" Aku jelas bukan siapa-siapa dan mungkin aku hanyalah perempuan bodoh yang terlalu menggunakan perasaan, yang tak berpikir bahwa berlian sepertimu tak mungkin jatuh cinta pada tanah liat sepertiku. Seharusnya, aku memang sadar diri, sejak awal percakapan kita itu, aku semestinya tak perlu berharap lebih.

Aku perasa. Tentu saja. Karena ini membuatmu terlihat berdosa.

Aku pun ingin berpikir logis, aku pun ingin menggunakan logikaku, dan aku pun ingin tidak sepeka pria, karena menjadi perempuan peka sungguhlah melelahkan. Aku pun ingin tak berharap lebih, tapi aku sudah mencintaimu, dan bagaimana caranya mengantisipasi semua luka jika kamu tidak akan pernah kembali lagi untuk sekadar mengobati perihku? Aku pun ingin melupakanmu, tentu saja, tapi saat tahu bahwa bersamamu sungguhlah menyenangkan, rasanya sangat sulit untuk melupakanmu hanya dalam hitungan hari. Aku pun ingin menjauh dari semua bayangmu, tapi diriku selalu menginginkanmu, mataku hanya mau membaca semua chat darimu, dan hatiku hanya menuju padamu. 

Aku sungguh jatuh cinta padamu dan rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa nantinya kita tidak lagi bercakap-cakap sesering dulu lagi. Dalam kesibukanmu, aku selalu menatap ponselku. Setiap ada pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berdering, aku berharap itu kamu. Setiap sebuah chat masuk, aku berharap itu kamu. Setiap layar ponseku menyala, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berbunyi, aku berharap itu kamu.

Sekarang, aku terbaring lemah di ranjangku, dan hanya bisa membaca ulang percakapan kita beberapa hari yang lalu. Mungkin, kamu tidak akan pernah tahu, di tengah kelelahanku sebenarnya aku masih membutuhkanmu. Kalau boleh jujur, aku sangat ingin ditenangkan oleh percakapan kita seperti beberapa hari yang lalu.

Kamu tidak akan pernah tahu ini semua dan tidak akan pernah tahu betapa aku lemas melihat salah satu foto Instagram- temanmu dengan mu. Uh, iya, aku tahu, Vanny-mu ini terlalu sering pakai perasaan. Aku paham bahwa aku bukan tipemu, astaga perempuan sepertiku yang gampang nangis ini tidak akan pernah cocok bersanding dengan pria sekuat kamu. Tidak akan pernah dan aku sangat sadar soal itu. Apalagi berhak cemburu? Aku tahu, aku tidak punya hak, tidak punya wewenang untuk mengaturmu berfoto dengan siapapun. Yang aku tahu, aku mencintaimu, dan biarlah ini menjadi rahasiaku, dan biarlah ini menjadi perasaan yang selamanya (mungkin) tidak akan pernah kautahu. Biarlah, aku tidak menuntutm untuk mencintaiku, kok.

Maafkan jika ini terasa berlebihan. Aku tidak peduli jika kamu menganggapku berdrama. Aku juga tidak peduli jika kamu menganggapku terlalu berlebihan. Aku tidak peduli jika kamu memilih menjauh setelah tahu bahwa aku cuma gadis bodoh yang selalu melibatkan perasaan dalam setiap peristiwa yang aku alami. Aku tidak peduli jika hilangnya percakapan kita sebagai akibat bahwa kamu hanya ingin kita berteman biasa. Mungkin, aku terlihat makin menyebalkan dengan sikapku yang berlebihan. Tapi, percayalah, sekarang aku dalam keadaan mulai mencintaimu, dan menerima kenyataan bahwa kita tak lagi sedekat dulu nantinya; cukup membuatku sekarat karena memikirkanmu. Dengarlah, bersamamu pun sudah cukup membuatku merasa ada, maka mengapa aku harus menuntutmu menjadi milikku seutuhnya? Aku sadar dan tahu diri kok.

Aku ingin kita berhenti saja sampai sini. Menghentikan semua drama yang melelahkan ini. Aku terlalu lelah menunggu, terlalu sabar menanti, dan terlalu sakit untuk diajak berjalan lagi. Aku ingin kita bertemu di satu titik, titik yang membuat memacu kita untuk berlari makin cepat, agar semua ini tidak akan pernah berubah jadi terlambat. Aku selalu sadar akan satu hal, mungkin kamu hanya bagian terindah dari masa putih abu-ku, dan aku akan menjadi masa terburu dari masa putih abumu.

Ya ya perasaan berlebihan ini pasti mengganggumu, tentu saja. Tapi tenanglah ini tidak akan berlangsung lama kok. Seperti yang sudah kamu ketahui aku sedang berusaha menghilangkan perasaanku terhadapmu, walaupun sulit aku akan selalu berusaha, aku ingin melihatmu bahagia tanpa merasa tersiksa dengan perasaanku.

Silahkan jika kamu ingin pergi;aku tidak mampu lagi untuk menahanmu. Silahkan jika kamu mencintai gadis lain selain diriku;karena mereka memang pantas bersanding denganmu. Silahkan lakukan apa yang ingin kau lakukan, bukannya aku tidak peduli lagi. Aku hanya ingin kamu bahagia, tanpa ada kehadiranku yang mengusik kebahagiaanmu. Aku akan pergi, jika kamu minta.

Dan aku juga tidak akan menyalahkanmu jika setelah ini, kamu akan membenciku dan bahkan meninggalkanku. Silahkan saja. Kamu tidak perlu tau seperti apa aku nantinya tanpamu, yang harus kamu lakukan adalah jangan kembali lagi, jika akhirnya akan pergi.

Drizzle Youth . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates